Senin, 03 Maret 2014
Minggu, 02 Maret 2014
Cerpen Agus Noor ,"Enam Cerita".
Enam Cerita
Cerpen Agus Noor (Koran Tempo, 23 Februari 2014)SENJA DI MATA YANG BUTA
BILA ada yang menceritakan padamu senja terindah yang pernah dilihatnya, dengan langit yang selalu kemerahan, dia pasti belum datang ke tempat kami. Senja terindah hanya ada di sini. Senja yang kuning keemasan, seolah madu lembut dan bening yang ditumpahkan ke langit hingga segala yang mengapung di permukaan air menjadi tampak kuning berkilauan. Senja yang tak hanya bening, tapi begitu hening. Selembar daun yang jatuh tak akan mengusik keheningannya. Angin sejuk selalu membiarkan daun-daun kelapa setenang bayang-bayang.
Waname mengatakan pada saya, bahkan Tuhan pun selalu memilih tempat ini saat ingin menenangkan diri. Sejak kanak-kanak kami suka duduk berdua menikmati senja. “Keindahan tak pernah abadi,” kata Waname. “Ketidakabadiannya itulah yang membuatnya begitu berharga. Tataplah senja itu, Tikami. Rekam baik-baik, dan simpan dalam matamu.” Waname suka sekali berenang. Suara kecipak airnya terdengar begitu jerning hingga ke kejauhan teluk. Suatu hari Waname bersampan, dan tak pernah kembali. Padahal seminggu lagi ia akan melamarku dengan 50 ekor babi.
Di gereja, penduduk Otikara mendoakan arwahnya sembari berbisik-bisik
Cerpen Seno Gumira Ajidarma,"Mayat Yang Mengambang Di Danau".
Barnabas mulai menyelam tepat ketika langit bersemu keungu-unguan, saat angin dingin menyapu permukaan danau sehingga air berdesis pelan, sangat amat pelan, nyaris seperti berbisik, menyampaikan segenap rahasia yang bagai tidak akan pernah terungkapkan.Memang hanya langit, hanya langit itulah yang ditunggu-tunggu Barnabas, karena apabila kemudian ia menyelam di dekat batang-batang pohon ke bawah permukaan danau untuk menombak ikan, secercah cahaya pun cukuplah untuk melihat segala sesuatu yang bergerak, hanya bergerak, tiada lain selain bergerak, ketika hanya dengan sudut matanya pun ia tahu mana bukan ikan gabus mana bukan ikan merah. Ya, tangannya hanya akan bergerak menombak secepat kilat bagaikan tak menunggu perintah otak, apabila kedua jenis ikan itu lewat meski melesat, berombongan maupun terpisah dan tersesat, yang mana pun takkan lepas dari sambaran tombaknya yang sebat.
Cerpen Benny Arnas,"Bulan Celurit Api".
Bulan Celurit Api
Cerpen Benny Arnas (Suara Merdeka, 7 Maret 2010)MAK MUNA duduk di tubir jenjang. Menengadah ke kelam raya. Bulan berubah menjadi celurit api. Lagaknya mengajak pucuk Limas berseteru. Mak Muna risau. Itu adalah lukisan masa hadapan yang tak berbingkai. Apabila diutarakannya tafsir tentang “peperangan” bulan sabit dan atap rumah pusaka itu, pastilah sesiapa menolak bersetuju.
Firasatnya, kampung akan petaka. Ah, Mak Muna mati-matian menindih-redam ramalan yang menyembul-nyalang itu. Cukuplah praduganya terdahulu yang melesat bak bumerang. Menancap-menusuk kehidupannya.
Ia beringsut mengganti tengkuluk —semacam penutup kepala. Pekan lalu —Mak Muna lupa persisnya, ia diundang Salim (Ai senangnya, diundang, oi!), ketua RT, untuk berkumpul di laman Haji Makmun bakda Isa malam ini. Iyut, tetangga yang ditunggu-tunggunya, tak jua menjemputnya. Mungkin ada perkara syarĂi yang menghalangi, atau… Iyut sibuk tengah menemani sanak-sanaknya dari kota; muda-mudi yang pasti beragam ulahnya….
***
Cerpen Sungging Raga ,"Serayu, Sepanjang Angin Akan Berembus…".
”Sabarlah, tunggu sampai senja selesai. Dan kau boleh tak mencintaiku lagi setelah ini.”
Serayu, seindah apakah senja yang kau bilang mengendap perlahan-lahan di permukaan sungai sehingga tampak air yang hijau itu berangsur-angsur tercampuri warna merah kekuningan dan memantulkan cahaya matahari bundar lalu koyak karena aliran yang menabrak batuan besar dasar sungai? O Serayu, sesedih apakah perasaan seorang wanita yang melihat senja itu dari balik jendela kereta ketika melintas di jembatan panjang sebelum stasiun Kebasen?
Sepanjang angin akan berembus, selalu ada cerita tentang wanita kesepian, senja yang menunggunya dalam waktu yang serba sebentar, lalu keheningan pun terjadi meski sesungguhnya gemuruh kereta ketika melintasi jembatan itu bisa terdengar hingga ke batas langit, atau ke dasar sungai.
”Aku melihat senja, lalu memikirkanmu.”
Cerpen Sungging Raga ,"Biografi Kunang-kunang".
Pada malam hari, ibumu akan menjadi kunang-kunang, terbang ke hamparan bunga-bunga, ke sepanjang jalan, menelusuri remang cahaya, hinggap di daun-daun, berteduh dari embun, lalu terbang lagi, ke atap rumah, ke tiang listrik, ke bawah jembatan. Ibumu menjadi kunang-kunang sepanjang malam, mencari kamu yang sudah lama hilang.”Di mana kamu, anakku? Di mana?”
Nyala di tubuhnya begitu terang, seperti kerinduan yang membara, namun berkedip-kedip, seperti rasa sakit yang menusuk-nusuk. Ibumu—kunang-kunang itu—terus mengembara, berjam-jam, tanpa lelah, tanpa keluh kesah. Ia akan terus mencarimu, ia arungi sepanjang jalanan yang berliku, yang senyap berbatu, ia terbang di atas sungai yang bercabang, yang entah bermuara di mana. Ia datangi setiap gubug-gubug lapuk. Sampai akhirnya ia temui kamu di sebuah rumah,
Cerpen Sungging Raga,"Seekor Anjing Manis".
Manisha nyaris terlambat sekolah. Ia bangun kesiangan karena semalam menonton televisi sampai larut, sampai-sampai justru televisi itu yang menonton dirinya terlelap di sofa ruang tamu. Mungkin acara televisi itu terbawa hingga ke dalam mimpinya, bahkan mungkin saja dalam mimpi itu Manisha kembali menonton televisi, lantas tertidur lagi, maka ia pun akan bermimpi di dalam mimpi. Betapa lelapnya tidur yang seperti itu.Sayangnya, ia harus masuk sekolah. Maka pagi ini Manisha terjaga setelah ibunya tak henti-henti menggedor pintu kamar.
Ketika membuka mata, cahaya matahari sudah separuh menerangi kamarnya. Ia pun bangkit, melemparkan selimut,
Cerpen Sungging Raga ,"Cerpen Sungging Raga ".
Sinyal masuk stasiun dibuka. Kereta kujalankan kembali dengan kecepatan rendah. Tampak Stasiun Lempuyangan detik demi detik semakin membesar, mendekat. Orang-orang sudah berbaris di jalur dua. Kecepatan kereta berangsur-angsur kuturunkan selepas melewati perlintasan di bawah jembatan layang yang penuh mural di setiap sisi penyangganya. Kereta mulai memasuki area stasiun, tepatnya di jalur dua.Aku mengerem sekali lagi, perlahan-lahan, kulihat barisan penumpang yang berjejal. Seorang petugas stasiun baru saja menangkap surat perjalanan yang kuserahkan lewat jendela. Akhirnya kereta pun berhenti. Dan seperti biasanya, perempuan itu sudah ada di situ, berdiri di ujung barat stasiun, tersenyum padaku.
Lempuyangan yang murung, lempuyangan yang sedih. Mendung bergulung-gulung, cahaya matahari mengendap di langit. Sore begitu tua. Ibu-ibu penjual nasi berpakaian hijau hilir mudik di sepanjang gerbong, berteriak dengan intonasi yang khas, menjajakan nasi yang hangat dan akan selalu hangat. Suasana yang selalu hiruk-pikuk. Tetapi, setelah turun dari lokomotif, perhatianku kemudian hanya tertuju kepadanya, seorang perempuan yang kini duduk di sebelahku,
Cerpen Sungging Raga ,"Sebuah Rencana Hujan".
Hujan turun begitu lebat. Nalea belum bisa pulang. Ia berteduh di sebuah pos ronda tua, sepatunya sudah basah lebih dulu akibat berlarian di jalan tadi, ia membuka sepatunya lalu meletakkannya di bawah sebuah meja yang ada di situ. Bajunya juga basah, rambutnya, pipinya, sampai bulu alisnya yang meneteskan air. Gadis kecil itu sebenarnya tidak menangis, ia mencoba tenang di situ, berlindung dari guyuran air yang justru semakin tak terbendung.Ibu cari Nalea tidak ya?” Gadis kelas empat SD itu kemudian bertanya kepada dirinya sendiri. Hujan masih turun sangat deras, seperti puluhan kubik air yang lama tersimpan di perut awan, sepertinya semua hujan sengaja jatuh tak jauh dari pos ronda tempat gadis kecil itu berteduh. Suara air yang membentur atap terdengar begitu keras, begitu ribut, belum lagi angin yang sesekali menghempas cukup kencang, mengayunkan pepohonan di sekitarnya, merontokkan dedaunan, mengayunkan bulir air ke kanan dan kiri hingga hujan pun tampak miring jatuhnya.
Nalea mengingat-ingat kembali ucapan ibunya, ”Nanti kalau di sekolah hujan, Nalea jangan pulang dulu, ya. Tunggu ibu datang untuk menjemput.” Kemudian ia merenungi dirinya sendiri, mengapa ia tak mendengarkan nasihat sang ibu.
”Lama sekali hujannya. Tidak reda-reda.”
Cerpen Sungging Raga ,"Senja di Taman Ewood".
SATU
Akan selalu ada wanita-wanita yang menangis kala menikmati senja di taman ini. Dan mereka tak butuh alasan untuk melakukannya, menitikkan air mata ketika cahaya merah terlihat dari hamparan penuh rerumputan, pohon-pohon, dan sebuah danau kecil di taman Ewood, di sudut kota Blackburn. Waktu-waktu berjalan, malam, pagi, siang, sore, dan tentu saja, senja. Aku juga akan membagi cerita ini menjadi lima bagian sebagaimana waktu, karena di antara wanita-wanita yang menangis itu aku akan melihatmu, duduk bersandar di bangku tepi danau, dengan pakaian yang paling kusut dan mata yang paling sendu, menatap kosong pada titik cakrawala tempat terbenamnya matahari. Semua wanita di taman Ewood mengenalmu, wanita tanpa nama yang tak pernah absen menikmati jatuhnya matahari kemerah-merahan menuju pekat yang menyambar-nyambar, wanita yang tak henti-hentinya meneteskan air mata di antara kerikil dan rerumputan.Kamu pasti datang dengan kemeja putih itu, ditambah syal merah muda melingkar di leher, dan rok panjang ala gadis Eropa pada umumnya. Kamu datang jauh sebelum wanita-wanita itu hadir bersama pasangannya, lebih dulu menemani kicau burung dan kepak sayap kupu-kupu di hamparan bunga-bunga, terkadang kamu memetiknya, dan melemparkannya pada ikan-ikan yang mengiranya sebagai umpan, atau menemani sepasang angsa yang tak jemu mengelilingi danau, kamu pasti membayangkan kita seperti mereka, hidup bersama dengan bebas, menikmati ketenangan, menjadi bagian keindahan di mata setiap orang.
Cerpen Sungging Raga "Sepanjang Aliran Sungai".
Cerpen Sungging Raga
Sepanjang Aliran Sungai
Bayangkan, setelah melalui hutan itu kau menurun di sebuah air terjun, dan pada bagian bawah ada genangan selebar telaga, dan anak-anak desa suka mandi di sana. Anak-anak yang selalu ceria, melompat dari batu besar, menceburkan diri ke dalam tubuhmu. Dan kau merasakan bagaimana mereka bermain kecipak air.
Jumat, 28 Februari 2014
Kami sekolah ingin belajar bukan punya pacar!!
Kami sekolah ingin belajar bukan punya pacar!!
Teman,
bangku sekolah adalah tempat menyenangkan di masa remaja. Di tmpat ini, kita
dpat bnyak ilmu,punya banyak teman, dan yang pasti membuat pengalaman untuk
modal bekerja setelah lulus nanti. Jadi jangan sia-siakan masa-masa yang indah
ini untuk hal-hal yang yang seharusnya tidak di lakukan oleh seorang pelajar
dan akhirnya hanya akan membuat masa depan yang telah lama di idam-idam kan
menjadi hancur lebur karna perbuatan yg hanya memperoleh senang sesaat dan
memiliki dampak yg selalu ada dan selalu teringat hingga kapanpun.
Teman,betapa
indah bila kita bisa memanfaatkan masa-masa kita untuk belajar dengan
sungguh-sungguh,mengejar prestasi tentunya dapat membahagiakan orang-orang yang
ada di sekitar kita. Dengan cinta kasih mereka tentu akan memberikan dorongan
dan motivasi tersendiri kepada kita agar menjadi lebih giat dan semangat dalam belajar sebagai bekal
meraih cita-cita. Memanfaatkan masa belajarmu untuk memberikan suatu yang
terbaik dan membanggakan bagi orang di sekitarmu. Jangan buat mereka merasa
kecewa apalagi di permalukan oleh perbuatan kita.
Jadi ayo
teman-teman,alangkah baiknya kita sma-sama memperbaiki akhlak dan moral kita
sebagai pelajar agar lebih baik dan lebih baik lagi dari yang sebelumnya.
Jadilah pelajar yang membanggakan orang tua , jauh dari kata pelajar yang
selalu membuat onar dan mempermalukan orang tua kita. Bila perlu selama masa
sekolah janganlah punya pacar, krna tugas pelajar itu belajar bukan pacaran dan
bukankah karna pacaran juga konsentrasi pikiran kita sering tersimpang dan terpecah.
Dan sering karena pacaran juga terkadang
kita menjadi sangat berbeda seperti oranglain,bukan diri sendiri yang biasa
kita kenal.
Ayo lah
kawan, kita sebagai generasi penerus bangsa, remaja remaja indonesia yang
tangguh, janganlah kita terkalahkan oleh perasaan kita sendiri,dapat menjaga nama
baik sekolah,keluarga dan buatlah negara
inikarena punya kita, negara indonesia
tercinta ini menjadi maju, dan lebih maju lagi Dengan motto: kami sekolah untuk
belajar bukan punya pacar!!
NB,“ masih ingat
nasihat Bapak Imam Tedjo kemarin saat upacara kan ?,betapa negara kita jauh
tertinggal rankingnya didunia,dengan para tetangga sebelah saja masih jauh,jadi marilah
tekadkan semangat untuk tidak menjadi pecundang di negeri sendiri !.
Thanks...
By :Retno/
xtp1
Teman,
bangku sekolah adalah tempat menyenangkan di masa remaja. Di tmpat ini, kita
dpat bnyak ilmu,punya banyak teman, dan yang pasti membuat pengalaman untuk
modal bekerja setelah lulus nanti. Jadi jangan sia-siakan masa-masa yang indah
ini untuk hal-hal yang yang seharusnya tidak di lakukan oleh seorang pelajar
dan akhirnya hanya akan membuat masa depan yang telah lama di idam-idam kan
menjadi hancur lebur karna perbuatan yg hanya memperoleh senang sesaat dan
memiliki dampak yg selalu ada dan selalu teringat hingga kapanpun.
Teman,betapa
indah bila kita bisa memanfaatkan masa-masa kita untuk belajar dengan
sungguh-sungguh,mengejar prestasi tentunya dapat membahagiakan orang-orang yang
ada di sekitar kita. Dengan cinta kasih mereka tentu akan memberikan dorongan
dan motivasi tersendiri kepada kita agar menjadi lebih giat dan semangat dalam belajar sebagai bekal
meraih cita-cita. Memanfaatkan masa belajarmu untuk memberikan suatu yang
terbaik dan membanggakan bagi orang di sekitarmu. Jangan buat mereka merasa
kecewa apalagi di permalukan oleh perbuatan kita.
Jadi ayo
teman-teman,alangkah baiknya kita sma-sama memperbaiki akhlak dan moral kita
sebagai pelajar agar lebih baik dan lebih baik lagi dari yang sebelumnya.
Jadilah pelajar yang membanggakan orang tua , jauh dari kata pelajar yang
selalu membuat onar dan mempermalukan orang tua kita. Bila perlu selama masa
sekolah janganlah punya pacar, krna tugas pelajar itu belajar bukan pacaran dan
bukankah karna pacaran juga konsentrasi pikiran kita sering tersimpang dan terpecah.
Dan sering karena pacaran juga terkadang
kita menjadi sangat berbeda seperti oranglain,bukan diri sendiri yang biasa
kita kenal.
Ayo lah
kawan, kita sebagai generasi penerus bangsa, remaja remaja indonesia yang
tangguh, janganlah kita terkalahkan oleh perasaan kita sendiri,dapat menjaga nama
baik sekolah,keluarga dan buatlah negara
inikarena punya kita, negara indonesia
tercinta ini menjadi maju, dan lebih maju lagi Dengan motto: kami sekolah untuk
belajar bukan punya pacar!!
NB,“ masih ingat
nasihat Bapak Imam Tedjo kemarin saat upacara kan ?,betapa negara kita jauh
tertinggal rankingnya didunia,dengan para tetangga sebelah saja masih jauh,jadi marilah
tekadkan semangat untuk tidak menjadi pecundang di negeri sendiri !.
Thanks...
By :Retno/
xtp1
Kamis, 27 Februari 2014
MELIHAT KEPRIBADIAN ANDA
Ada beberapa tip yang perlu dicermati dalam memainkan permainan ini, diantaranya katakan hal pertama yang muncul dalam ikiran kita, jangan mengira-ngira jawaban, jujur pada diri sendiri dan tetaplah berpikiran terbuka. Untuk asyiknya permainan ini dilakukan bareng temen-temen, selain untuk seru-seruan kita juga bisa mengenal lebih deket temen-temen kita. Tapi kalau dah ga sabar mau ngetes n pengen tau sifat-sifat kita sendiri seperti apa, boleh juga dicoba sekarang, hasilnya share di sini ya…Here the test….
1. Satu hari ada seekor burung berwarna biru yang cantik tiba-tiba masuk kerumahmu dan terperangkap didalamnya, kamupun berniat untuk memeliharanya, namun ada suatu keanehan yang terjadi pada burung tersebut. pada hari pertama warna burung tersebut berubah dari biru menjadi kuning, hari kedua berubah lagi dari kuning menjadi merah terang, hari ketiga berubah lagi menjadi hitam. Kira-kira di hari ke 4 dia berubah menjadi warna apa ya..?
A. Tetap Hitam.
B. Kembali menjadi warna biru.
C. Warna putih.
D. Warna emas.
2. Bayangkan langit biru yang cerah tanpa awan. Dengan membayangkannya saja akan memberikan sedikit semangat.
COBA TEST PSIKOLOGI YUK…!!!
Situasi: Kamu berada di dalam hutan… saat berjalan kamu melihat gubuk tua di sana.
(1) Apa kondisi pintu gubuk? (Terbuka/Tertutup)
Kamu masuk ke dalam gubuk dan melihat sebuah meja…
(2) Apa bentuk meja tersebut? (Bulat/Oval/Segiempat/Bujursangkar/Segitiga)
Di atas meja, ada sebuah pot bunga… di dalamnya ada air
(3) Berapa banyak air yang terisi? (Penuh/Setengah/Kosong)
(4) Dan pot tersebut terbuat dari apa? (Kaca/Porselen/Tanah)(Besi/Plastik/Kayu)
Kamu berjalan keluar gubuk… saat berjalan kamu melihat sebuah air terjun dari jauh… ada air yang mengalir ke bawah…
(5) Seberapa cepat airnya terjun ke bawah?
Rabu, 26 Februari 2014
Hari belumlah senja ,Tyas masih terduduk dikursi sambil memandangi langit-langit kamar yang kosong,bukan tanpa ada yang harus dikerjakan melainkan terlalu begitu banyak tugas-tugas sekolah yang diberikan Bapak Ibu gurunya.dalam pikirannya seperti tampak banyak peperangan yang membuat Ia semakin bingung tugas mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu mengingat semua akan dikumpulkan esok.di benak kecilnya kemudian Ia seperti mengutuki guru-gurunya,mengapa mereka seolah seenaknya memberikan begitu banyak tugas dalam waktu yang bersamaan pikirnya.Lama Dia merenung diantara rusuh pikirannya,kedua kelopak matanyapun menjadi sayu,seperti ada beban teramat sangat berat yang menggelayuti bersama letih tubuhnya.Perasaan aneh kini tiba-tiba muncul karena disampingnya kini telah nampak orang tua berpakaian putih sampai kebawah dengan perawakan sedang namun agak terbungkuk dan tampak pula janggut putih memanjang hampir melewati leher kakek tua itu.
" capek ya Cu ", ucap kakek tua itu.
"Iya mbah,capek banget banyak banget yang harus dipikirkan dan butuh penyelesaian tapi ngomong-ngomong kakek ini siapa,ko tiba-tiba saja bisa ada disini ",tanya tyas balik setelah menjawab pertanyaan Kakek tua itu.
Hari,waktu dan detik ini...
Hari belumlah senja ,Tyas masih terduduk dikursi sambil memandangi langit-langit kamar yang kosong,bukan tanpa ada yang harus dikerjakan melainkan terlalu begitu banyak tugas-tugas sekolah yang diberikan Bapak Ibu gurunya.dalam pikirannya seperti tampak banyak peperangan yang membuat Ia semakin bingung tugas mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu mengingat semua akan dikumpulkan esok.di benak kecilnya kemudian Ia seperti mengutuki guru-gurunya,mengapa mereka seolah seenaknya memberikan begitu banyak tugas dalam waktu yang bersamaan pikirnya.Lama Dia merenung diantara rusuh pikirannya,kedua kelopak matanyapun menjadi sayu,seperti ada beban teramat sangat berat yang menggelayuti bersama letih tubuhnya.Perasaan aneh kini tiba-tiba muncul karena disampingnya kini telah nampak orang tua berpakaian putih sampai kebawah dengan perawakan sedang namun agak terbungkuk dan tampak pula janggut putih memanjang hampir melewati leher kakek tua itu.
" capek ya Cu ", ucap kakek tua itu.
"Iya mbah,capek banget banyak banget yang harus dipikirkan dan butuh penyelesaian tapi ngomong-ngomong kakek ini siapa,ko tiba-tiba saja bisa ada disini ",tanya tyas balik setelah menjawab pertanyaan Kakek tua itu.
Kakek itu sebentar terdiam,tidak menjawab pertanyaan tyas Dia malah mengeluarkan bungkusan kecil dari saku bajunya yang longgar sampai kebawah itu untuk kemudian diberikannya bungkusan itu kepada Tyas.
"Apa ini kek",ucap Tyas.
"Buka saja Cu",jawab Kakek tua itu.
Selasa, 25 Februari 2014
Setiap gerakan tubuh seperti memiringkan kepala atau menggaruk
sebenarnya memiliki sebuah arti sendiri. Tanpa disadari, semua anggota
tubuh mulai dari wajah, tangan, tubuh, hingga kaki bisa bercerita,
tetapi kadang kita tak memahami artinya. Berikut beberapa arti bahasa
tubuh yang sering Anda lakukan.
1. Menyibak rambut
Ketika Anda mulai menyibakkan rambut, gerakan ini mengandung arti gabungan dari grogi dengan flirting. Gerakan ini dianggap mampu menarik perhatian lawan jenis dengan gaya yang elegan dan feminin. Menyibak rambut dianggap bisa membingkai wajah dan leher dengan lebih cantik.
2. Berkedip
Normalnya, seseorang berkedip sebanyak enam sampai delapan kali per menit. Namun, saat stres, Anda akan berkedip lebih sering. Nah, jika Anda atau pasangan sangat sering berkedip, kemungkinan stres sedang melanda.
3. Menggigit bibirMenurut psikolog sekaligus penulis buku The Nonverbal Advantage, Carol Kinsey Goman, ketika Anda menggigit, mengisap atau menjilat bibir, Anda menggambarkan perasaan hati yang sedang dalam tekanan dan canggung. "Dengan menggigit bibir, Anda mencoba untuk menghibur atau menenangkan diri sendiri," tukasnya.
4. Menggaruk hidung
1. Menyibak rambut
Ketika Anda mulai menyibakkan rambut, gerakan ini mengandung arti gabungan dari grogi dengan flirting. Gerakan ini dianggap mampu menarik perhatian lawan jenis dengan gaya yang elegan dan feminin. Menyibak rambut dianggap bisa membingkai wajah dan leher dengan lebih cantik.
2. Berkedip
Normalnya, seseorang berkedip sebanyak enam sampai delapan kali per menit. Namun, saat stres, Anda akan berkedip lebih sering. Nah, jika Anda atau pasangan sangat sering berkedip, kemungkinan stres sedang melanda.
3. Menggigit bibirMenurut psikolog sekaligus penulis buku The Nonverbal Advantage, Carol Kinsey Goman, ketika Anda menggigit, mengisap atau menjilat bibir, Anda menggambarkan perasaan hati yang sedang dalam tekanan dan canggung. "Dengan menggigit bibir, Anda mencoba untuk menghibur atau menenangkan diri sendiri," tukasnya.
4. Menggaruk hidung
Langganan:
Postingan (Atom)